Wednesday, November 11, 2009

Tak Ada Yang Sempurna


Keputusan menjadi ibu yang bekerja memang tidak mudah. Banyak hal yang harus bisa dimenej sehingga bisa seimbang baik dalam keluarga, maupun dalam profesinya. Banyak hal yang musti dipertanggungjawabkan secara proporsional. Butuh energi yang besar untuk mampu menjaga agar balans.

Aku memang tidak sepakat dengan paham Patriarki, yang mengutamakan kepentingan para lelaki sebagai pemimpin baik dalam rumah tangga maupun bidang yang lain. Sehingga dalam banyak sisi perempuan tidak diperlakukan secara utuh sebagai manusia dengan segala potensi yang patut untuk dikembangkan dan diaktualisasikan. Tapi aku juga bukan seorang feminis. Yang menuntut persamaan hak sebagaimana laki-laki tanpa ada batasan apapun. Bahkan parahnya, kalau laki-laki bisa poligami maka perempuan pun bisa poliandri *boleh juga tuh!! wkwkwk...

Beruntungnya aku karena mempunyai partner yang tidak memasung kreativitas maupun potensi yang ada dalam diriku. Bukan hanya untuk aktualisasi diri, tetapi keyakinan bahwa setiap individu adalah pemimpin. Paling tidak sebagai pemimpin bagi diri sendiri yang kelak akan dipertanggungjawabkan sediri dengan sang Khaliq. Apalagi jika dengan potensinya mampu turut serta mewujudkan tatanan masyarakat yang diridhoi Allah.

Aku mengakui gerak langkahku masih kecil. Dan mungkin juga belum banyak kontribusi yang bisa kulakukan untuk ummat. Semua serba terbatas. Sebagai istri dan ibu, aku masih sangat memerlukan bantuan si embak untuk meringankan tugas di dalam rumah. Sebagai anak, yang ada hanya selalu merepotkan orang tua sejak dalam kandungan sampai setua ini, ampyuuuuunn. Belum lagi label-label lain dalam diri baik sebagai individu maupun makhluk sosial, belum ada hal berarti yang kulakukan.

Hanya hal remeh temeh yang bisa ukerjakan, menemani Arsyad bermain. Menyaksikannya bertumbuh dan berkembang. Bermain bersama anak-anak di sekolah. Menyaksikan mereka mempelajari hal-hal kecil di sekitarnya. Menikmati celoteh polos. Terkadang membayangkan hal indah, Inilah para calon pemimpin bangsa. Atau bahkan bayangan mengerikan, akan jadi apa anak-anakku yang putus sekolah. Jadi gembel, pengemis, preman, sampah masyarakat???? Naudzubillah mindzalik!!!

Menurutku, bagaimanapun juga akar perempuan adalah ranah domestik rumah tangga. Aku sangat memuji seorang perempuan yang mendedikasikan dirinya utuh demi anak-anak dan keluarganya. Bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Tantangan yang setiap hari dihadapi memerlukan energi tingkat tinggi. Kemampuan menangkap perkembangan zaman juga mutlak diperlukan. Untuk anak-anak yang berkualitas unggul diperlukan para ibu yang cerdas!!! Para ibu yang mau belajar terus tanpa mengenal batasan usia. Dan yang paling penting harus ada partner yang selalu siaga!

Ayuuuk belajaaaarrrrr!!!!!

Mlg, 111109

2 comments:

Bapake Syaila said...

I personally agree with you Mrs. Elly, wanita (istri atau ibu) adalah segalanya bagiku. T4 mencurahkan kasih sayang, pokoke segalanya untuknya. Jasa2nya yang tak akan habis ditelan zaman. dan surga ada di bawah telapak kaki beliau. Aku selalu menghargai semua pendapatnya. I wish you luck mrs. Elly. it's nice article...

Bapake Syaila said...

I personally agree with you Mrs. Elly, wanita (istri atau ibu) adalah segalanya bagiku. T4 mencurahkan kasih sayang, pokoke segalanya untuknya. Jasa2nya yang tak akan habis ditelan zaman. dan surga ada di bawah telapak kaki beliau. Aku selalu menghargai semua pendapatnya. I wish you luck mrs. Elly. it's nice article...